Monday 22 July 2013

This is not What I Want

Bandara Soekarno-Hatta, 21 Juli 2013.
Bismillah, untuk tugas mulia aku beranjak pagi ini dari kota yang penuh sesak. Pekerjaan yang mewajibkanku pergi dari kota satu ke kota lainnya. Disini, disampingku, biasanya ada seorang gadis yang menemaniku. Namun pagi ini aku hanya bisa mengirimkan sebuah pesan padanya, setelah tak terhitung berapa lama aku tak berbincang dengannya.

"Gue berangkat. Elu baik-baik di Jakarta. see you"
Message Sent.

Pesawat sudah mulai menuju ke atas awan, pikiranku masih saja di daratan, tertuju padanya. Sudah dua tahun aku mengenalnya, menghabiskan waktuku bersama gadis lucu ini. Seakan semua tawaku hanya karenanya dan untuknya. Semua cerita, peluk, kecup, beserta segala pelengkapnya memenuhi otakku siang ini, di atas awan. Tak sampai sepuluh menit segala keindahan itu berlalu-lalang, serasa dihentak bahwa setelah beberapa menit aku mengirim pesan, aku belum juga menerima balasan darinya. Ya, ini yang terjadi pada kami.

Yang dahulu tak lagi terjadi sekarang, kedekatan kami tak lagi menjadi bahagia. Dunianya bukan lagi duniaku. Entah siapa yang mulai menjauh, ini terjadi begitu saja. Bahkan ada perjanjian pada diri sendiri untuk melupakannya, begitupun pada dirinya demi menghargai privasi masing-masing. Masih di atas awan, ku buka album kesayanganku, untuk meninggalkannya di ruangan pun aku tak sanggup. Satu per-satu foto ku dan dia menghiasi penglihatan, betapa bahagianya saat itu, dan tentramnya hatiku saat ini. Lagi-lagi hanya bertahan sebentar. Tanpa ku sadari ada airmata, aku merindukannya, gadis lucu yang pelukannya selalu menghangatkanku. Sekarang dia punya bahagianya, begitupun aku, sama. Tapi aku masih terus memikirkannya dan berharap dia merindukanku juga. Bukan aku tak ingin bersamanya, ada orang lain yang harus ku bahagiakan disana, rumah. Aku sudah berjanji untuk pulang, untuk menjalani bahagiaku yang lain di rumah.

Pesawat sudah kembali ke haluannya, ke daratan dimana pikiranku selalu berpijak. Masih saja aku menunggu balasan darinya. Mungkin dia akan memberiku pesan lagi untuk menjaga kesehatan, untuk berhati-hati, makan tepat waktu, istirahat cukup dan cepat pulang. Potongan lagu Talking To The Moon mengalun, ah akhirnya dia membalas pesanku. Secepat kilat ku buka pesan darinya.

"Mana undangan nikahan lu buat gue? Ga ada?"

Damn! Bukan ini yang ku ingin. Hari bahagiaku tinggal tiga minggu lagi tapi aku masih saja tak sanggup menuliskan namanya di samping tulisan "kepada". Aku masih ingin menuliskan namanya bersanding dengan namaku. Entah apa yang harus aku katakan. Maafkan aku.

2 comments:

  1. eerrr.
    nikah nih topiknya. sad ending pula. -___-

    paragraf ketiga karena terlihat panjang jadinya loncat kalimat. :(

    ReplyDelete
  2. Mwihhihihi.. Iya nikah dan sad ending
    Oohh maksudnya yang iniii.. Ahaha,, iya paragraf tiga lebih panjang.. Maafkeun yeuuhh :)

    ReplyDelete