Thursday 23 May 2013

untuk si gadis dan kalian yang sedang rindu


Aku pernah tertawa karena rindu, pernah pula aku menangis karena tak dapat menahan rasa ini. Entah aku memungut rindu dimana, tapi aku tak sekalipun mampu melemparnya jauh dari ku. Aku sering merasa rindu saat aku lama tak berbincang dengan mereka yang dekat denganku. Dan sepertinya ini tak hanya terjadi padaku. Yaa..

Malam ini seorang gadis menyapaku lewat pesan singkat dan aku mencoba menyapanya lewat media yang lain, meski sama-sama berbentuk tulisan. Ku coba tanya apa ada yang mendesak untuk dibicarakan, mungkin tidak. Gadis ini rupanya sedang merindukan beberapa orang tercinta. Dia bertanya apakah aku mengijinkannya untuk meneleponku atau tidak, ah maaf maaf dan maaf sepertinya aku tidak bisa berbincang malam ini karena beberapa alasan. Maafkan aku, hey kamu. Tapi aku masih mencoba menguatkan fisik untuk sedikit membaca keluh kesahnya atas satu rasa yang sungguh tak bisa dia pendam terlalu lama. Awalnya, ia sampaikan bahwa ia sedang sangat merindukan saudara yang dekat dengannya. Lalu entah apa yang mempengaruhinya, ia mulai menangis dan berkata "ada banyak rindu dan banyak hal yang ingin ku sampaikan, mbak" , lalu ia menangis. Sudah di ujung mata pula air mataku, tapi ku coba untuk tetap menguatkannya.

Mungkin aku tak dapat menenangkannya, aku hanya bisa berkata bahwa tak ada yang perlu ditangisi atas rindu ini. Hanya perlu diyakini bahwa akan ada berjuta perbincangan dan pertemuan yang lebih berkesan sehingga tak kita sesali rindu ini. Kami (yang ia rindukan) dan dia hanya sedang berada di pilarnya masing-masing. Bukan terbatasi, hanya saja ada sesuatu diluar "kita" yang bisa kita nikmati, bahkan yang belum pernah kita duga sebelumnya. Dan satu lagi, percayalah Allah punya cara dan waktu sendiri untuk membahagiakan hambaNya dan Allah tidak pernah terlambat. 


Ada satu bagian dari bincang kita malam ini yang membuatku ingat kejadian malam itu. Entah apa yang membuatku masih terjaga hingga dini hari, lalu ku lihat layar telepon menyala dengan nama si gadis. Aku menjawabnya, namun kita hanya saling sapa lalu mengakhiri panggilan itu. Tepat di saat itu aku membuka salah satu akun nya, lalu ku selipkan namanya dalam doa menjelang lelapku.Dan ternyata, disana ia pun mendoakanku. Dan malam ini ia berkata padaku, ia hanya butuh bertegur sapa denganku malam itu, karena setelah menutup panggilan itu, ia langsung pejamkan mata dalam pelukan malam.

Lagi, ku luangkan sedikit waktuku untuk membaca ceritanya. Ah, kamu hey gadis, tidak ada yang perlu ditangisi. Kamu sedang berada di pilar yang begitu indah dan kamu seharusnya sadar betapa hebatnya kamu dan hari-harimu belakangan ini di tengah rindumu. Tanpa kau sadari kau menikmati apa yang kau lakukan, sungguh, aku dapat membacanya dari tulisanmu. Betapa nikmatnya hal-hal yang kau lalui bersama mereka. Perlu kau tau, "setidaknya dengan meluangkan waktu untuk keluar dari area mu meski sejenak , kau dapat menemukan hal-hal baru yang menarik dan menyenangkan yang tentu belum pernah kau duga sebelumnya".

Berbahagialah, hey yang sedang berputar di sekitar rindu di pilarnya masing-masing.

Sunday 19 May 2013

aku dan realitaku

Kekuatan untuk mencintai
Merupakan anugerah Tuhan yang paling berharga bagi manusia
Anugerah itu tidak akan pernah dicabut
Dan merupakan berkah bagi orang yang dicintai

Cinta bersemayam dalam jiwa
bukan dalam tubuh
Dan layaknya anggur
Cinta akan memacu diri kita
untuk menyambut anugerah dari kesuciannya

                        -Kahlil Gibran-

------------------------------------------------------------
Aku ingin seperti burung
Agar aku bisa terbang melayang bersamamu
Aku ingin seperti mentari
Agar aku dapat terus bersinar untukmu dan cintamu
Aku ingin seperti bulan
Agar aku selalu menemanimu di kelamnya malam
Aku ingin seperti batu karang
Agar aku dapat melindungimu dari ganasnya dunia
Aku ingin seperti sehelai selimut
Agar aku yang selalu menghangatkanmu
Aku ingin seperti seorang pujangga
Agar aku dapat membuatkan syair indah untuk selalu kau nikmati

Aku tak dapat mempercayainya
aku tak tau dimana harus memulainya
sangat banyak khayalan tertanam jauh di diriku
Ada sesuatu yang penting untuk kau ketahui
.....sekarang dan selamanya
aku kan berdiri disini
menunggu dan tak kan menyerahkan ke-putus-asa-an-ku
terhadap dorongan hatiku padamu
Mencoba membuatnya bersinar
Mungkin suatu hari kau kan mengerti
sekarang dan selamanya, aku tetap disini

Yang ku katakan padamu dapat kau lihat
Cinta mempunyai arti saat kau bersamaku
Dan sekarang,
tak ada yang mampu menenangkanku disini
dan aku membutuhkanmu
di dinginnya realitaku

            -Intan Puspakirana-

Friday 17 May 2013

Kalahkan ego, bersiaplah untuk hari esok!

Untuk kesekian kalinya aku terbangun malam itu, 01.00 , 02.00 , 03.00. Yang terfikirkan hanya bagaimana caranya aku tertidur lagi setelah terbangun. Mencoba berbagai cara, mendengarkan musik, memaksa diri untuk menguap, ah konyol sekali yang ku lakukan ini. Tapi itulah yang memang ku alami dan sangat sering ku lakukan. Sampai terdengar Adzan Subuh saat aku lagi-lagi membuka mataku. Setelah shalat, banyak sekali permintaan yang ku panjatkan pada Nya, tak terhitung. Dan aku selalu menuntut hal itu untuk dikabulkan. Harus, atau aku akan memaksakannya. Tak peduli bagaimana caranya, aku harus mendapatkannya.

Matahari mulai menyapaku lewat celah jendela ruang singup ini. Mencoba mengintip lewat jendela yang sedikit berdebu, berharap matahari belum terlalu naik pagi ini, setidaknya aku bisa kembali memejamkan mataku sejenak. Tapi, ah..harapanku begitu saja hilang saat ku alihkan pandanganku ke arah jam dindingku. Waktu tak lagi bersahabat denganku, seakan tak ingin aku terlalu lama berada di antara pengap. Baiklah, aku keluar. Seret langkah yang terdengar berat semakin menambah suasana lelah pagi ini, sama seperti pagi-pagi sebelumnya. "Brak!" Ku banting pintu kamar mandi karena aku selalu tak berkawan dengan pagi. Kesal, aku lelah, mengertilah, pastilah tak satupun menjawab karena pagi seperti ini sudah menjadi rutinitas di gubuk ini. Tak lama waktu yang ku butuhkan untuk bersiap diri menjalani paksaan dan masalah-masalah hari ini. 

Segera ku lihat orang tua yang selalu mengantarku sampai depan pintu kayu itu lalu ku beranjak pergi. Ya, padat jalanan kembali ku temui, semacam siksaan ditengah panas kota ini. Kota kumuh yang selalu muram tak pernah memberi keceriaan untuk para penduduknya.Siapa yang senang berada disini, aku pun tidak.Bising suara kendaraan, abu-abu asap yang tak pernah terlewatkan, bagaimana tidak, begitu banyak kendaraan yang mungkin melebihi jumlah kepala keluarga disini, banyaknya pabrik yang tak henti menambah polusi kota ini -baiklah kota ini boleh saja menjadi kota industri tapi tak harus menjadi kota polusi-, ah ya pemandangan yang paling sering ku temui adalah putung rokok!!! Entah aku sangat membenci pemandangan itu. Sudah mencemari udara, mengotori jalanan pula. Andai aku bertatap muka dengan orang yang melakukannya, sudah ku lahap dia dengan semburan kata-kata panasku. 

Sampailah aku di tempat biasa ku menjalani rutinitas harianku, bersiap untuk segala masalah-masalah baru yang selalu menambah kesan buruk hari ini. Sungguh, dipenuhi tekanan adalah hal yang tak menyenagkan, sama sekali. Kertas, bolpion, mereka musuh bebuyutanku. Sejak pagi hingga hampir senja aku berurusan dengan mereka seperti aku pekerja rodi saja. Aku ingin pulang, aku ingin pulang, aku ingin pulang. Aku hanya ingin pulang, kembali ke singup ruanganku sendiri, melakukan apapun yang ku ingin dan tak satupun musuh-musuh ini bisa masuk. Tak satupun! Tapi aku harus menghadapi kenyataan buruk ini, lebih dari enam jam harus ku lalui disini, baiklah. Garis-garis kertas ini menambah garis-garis DATAR di hidupku. Tak adakah garis yang sedikit bergelombang sehingga ku bisa sedikit menikmatinya? 

Sudah lebih dari enam jam aku disini bersama mereka kawan-kawan yang tak pernah menjadi kawan. Sapaan-sapaan yang tak pernah menjadi sapa semangat. Aku masih menikmati duniaku sendiri yang menginginkan segala yang ku rencanakan tanpa harus memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya atau yang terjadi pada sekitarku. Sudahlah, ini saatnya aku kembali ke rumah pilar. Saatnya aku menyendiri lagi. Menanti senja di dalam "singup"ku. Saat senja menyapa, oranye ungu biru tua abu-abu dan putih yang beradu memancarkan indah damai hari ini. Siapa yang berani menyela saat aku menikmati langit ini. Sungguh pemandangan yang tak pernah ingin ku lewatkan karena di saat-saat seperti inilah aku menemukan kedamaian. Andai setiap detik adalah senja, mungkin aku akan berkawan dengan apapun dan siapapun. 

Menit-menit jingga berakhir, hanya ada hitam, bulan dan lampu redup. Siapa yang menyangka aku takut akan kegelapan? Bukan takut akan terjadi hal yang menakutkan, tapi takut memejamkan mata dan takut esok hari cepat datang kembali. Sehingga ku putuskan untuk membuat secangkir kopi pahit agar mataku tak terpejam dan aku tak perlu cemas saat terbangun nanti. Sesekali aku menyapa seseorang di seberang sana walau hanya lewat dunia yang sering dibilang palsu, tanpa kepastian.Tak mengapa, aku menikmatinya karena menyapanya sudah menjadi setitik bagian dari hariku. Sepertiga malam ku lewati, mata sudah memaksa untuk terpejam namun aku masih saja ingin terjaga, masih terlalu takut menghadapi esok yang sama sekali tak ku harapkan. 

Sekilas aku melihat sebuah catatan kawan "nilai diri dan harimu" dan aku harus menandai mana saja yang sudah ku rasakan dalam hidupku, begini hasilnya :
Ceria
Semangat
Bahagia (terkadang)
Egois
Memaksakan kehendak
Menikmati pagi
Menyapa kawan
Optimis
Pesimis
Malas
Bersyukur
Menghujat
Mengeluh
Menyayangi
dll : ....... (aku tak mampu mengisi lebih)

Coretan yang ku buat sendiri memberiku kesempatan untuk melakukan sesuatu, membuat rencana baru akan hari esok. Secara garis besar, aku merencanakan hari esok seindah mungkin dan itu akan benar-benar menjadi kenyataan. Ini rencanaku saat itu dan sudah ku nikmati :

Segarnya pagi ini karena sengaja ku buka pintu sejak malam, sinar matahari perlahan juga merasuk sukma dan menjadi semangat tersendiri pagi ini. Aku masih sering terbangun setiap dini hari, tak lagi tidur yang ada di pikiranku, aku mencoba lebih baik. Aku mengambil wudhu, bercerita padaNya dan lebih banyak bersyukur. Begitupun pada shalat subuhku, memang masih banyak sekali keinginanku, tapi aku tak ingin memaksakannya. Aku sudah berusaha dan berdoa, untuk selanjutnya, bukan lagi menjadi urusanku, itu urusan Allah akan menjamahnya ataupun tidak. Aku sudah cukup bahagia bisa selalu bercerita padaNya dan Dia selalu mendengarkanku, seakan tidur dini hari ku selalu dihiasi dengan pelukanNya. Subhanallah.

Melangkah keluar ruangan favoritku dengan senyum dan mulai ku sapa satu per satu anggota keluarga mungil ini. Betapa indahnya saat melihat mereka tersenyum padaku setiap pagi, menambah semangat yang sama sekali belum pernah ku rasa. Sungguh pagi ku sangat menyenangkan mulai saat itu. Tak ada lagi lelah ku temui atas semua keluh kesahku sendiri, ya..karena keluhan itupun sudah jarang ku nikmati. Aku justru membuang keluhan itu jauh-jauh. Cepat-cepat ku percantik diriku untuk menyambut permainan dan tantangan baru hari ini yang ku yakin akan sangat menyenangkan.

Jalanan ini memang masih ramai, padat. Tapi lihat, begitu banyak manusia yang masih mau berjuang melawan panas dan penat. Mengayuh sepeda mereka untuk menjual makanan, barang, sampai mengantarkan orang lain ke tempat tujuan. Masih ada asap-asap yang menurutku tetap saja polusi, lalu mengapa? Aku juga akan tetap menikmati ini setiap hari. Tak apalah polusi ini berkelanjutan asal tak lebih parah dan kota ini bisa lebih maju serta membantu pembangunan yang akan terus berkembang. Dan...putung rokok! Masih saja ku lihat dimana-mana, semoga mereka akan disadarkan. Boleh saja melepas penat dengan barang kegemaran mereka itu, tapi tidak untuk dibuang sembarangan.

Tak akan ada lagi masalah ataupun paksaan karena aku akan sangat senang dengan kegiatanku hari ini dan seterusnya. Kertas dan bolpoin tak lagi menjadi momok bagiku, mereka sudah menjadi refleksi diriku sendiri. Segala yang ku rasa, ku dengar, ku lihat akan tertuang perlahan. Memang tak seindah yang dibayangkan kebanyakan orang, tapi aku mulai bersahabat dengan tulisanku. Enam jam lebih itu tak lagi terasa lama, karena aku menyukainya. Aku mulai tersenyum pada kawan-kawan yang berlalu lalang di hadapanku. Mencoba menimbun semangat dari sapaan-sapaan mereka. Menyenangkan bukan? Duniaku sudah begitu sejajar dengan dunia mereka yang penuh warna. Sepulangnya aku dari aktifitasku, ku coba hentikan kendaraanku di pinggir jalan dan menikmati senja hari ini. Begitu nikmatnya, menikmati jingga dengan sedikit ungu diantaranya diiringi musik-musik natural dari angin dan kendaraan yang berlalu di belakangku. Tak lama, aku kembali ke istana yang sebenarnya. Rumah. Suasana tentram karena anggota keluarga yang selalu menantiku untuk makan malam bersama. Segera ku rapikan diri, dan menuju ke meja makan. 

Dan ingin rasanya malam ini aku mengalahkan ego ku sendiri. Aku ingin memejamkan mataku lebih awal daripada biasanya. Tak mengapa jika aku harus terbangun di sepertiga malam setiap harinya, tapi sekarang badanku ingin istirahat, ragaku butuh sedikit santai tak seperti biasanya. Lagi, ku sempatkan diri untuk menyapa dia yang di seberang sana,aku ingin dia tau hari ini sangat menyenangkan dan dia adalah bagian dari kebahagiaan yang ku rasakan hari ini. Berharap esok masih bisa bertegur sapa dan kembali tertawa bersama. Kopi, lupakan sejenak tentang kopi, aku berdoa, mengucapkan terimakasih pada Allah atas segala nikmatNya hari ini dan mulai ku pejamkan mataku. Tak lagi takut akan hari esok karena ku yakin hari esok akan lebih menyenangkan daripada hari ini. Akan banyak sekali permainan dan tantangan baru yang menantiku. Aku akan bersiap untuk hari esok. 

Ah, aku lupa. Aku membuat list sendiri hari ini "Ini Hariku dan Kamu(semoga)" :
Menyenangkan
Nikmat
Bersyukur
Bahagia
Optimis
Ceria
dll : masih banyak hal positif lain yang tak akan cukup tertulis di daftar ini

Kalahkan ego, dan bersiaplah untuk hari esok! Sampai jumpa :)

Saturday 4 May 2013

Nikmati saja prosesnya

kita tidak bisa menghapus apa yang ada di hati kita, kita hanya bisa mengendalikanya.

sebuah kalimat yang menjadi kesimpulan perjalanan selama ini. Banyak cerita yang ku dengar, berbagai memori yang ku simpan.Dalam satu waktu, seorang wanita berkata padaku ia sedang jatuh cinta, seorang lainnya berkata ia sedang sakit hati, seorang lagi berkata sedang mengemban rindu, dan aku disini hanya mendengar. Kemudian aku mulai berfikir mengapa diciptakan begitu banyaknya rasa dalam satu waktu. Mungkin agar aku menyadari bumi ini berotasi, begitupun rasa , hati, dan hidup. Memiliki berjuta rasa yang silih berganti. Ah, ya.. ini saatnya berotasi .Ijinkan diri mulai berputar, bukan untuk berbalik arah membuka alur sebelumnya, tapi berotasilah di alur baru, lintasan yang baru. Mungkin itu akan lebih menyenangkan daripada harus berputar tanpa tujuan pasti.

Ingatkah kapan pertama kali seorang mencoba membuatmu nyaman untuk selalu ada di dekatnya, lalu perlahan membiarkan hati terbuka untuknya? Bayangkan betapa berharganya perasaan itu sampai untuk meninggalkannya pun tak terlintas di benak dan hati. Namun saat mengingat bagaimana dia yang membuat bahagia pun akhirnya pergi, meninggalkan semua jejak di alur sebelumnya, rasanya begitu ingin cepat melalui masa itu.Bukannya mencoba memaafkan dan berdamai dengan diri, malah berdamai dengan kenangan sehingga hanya menjadi benang yang tak pernah terurai.

Butuh waktu yang cukup lama sampai pada akhirnya seorang lainnya hadir dengan sebuah harap yang lebih baik dan menyenangkan, semoga. Setumpuk bahasan yang semakin menahan dan semakin ingin menyamankan diri dengan segala yang terjadi. Harap akan pertemuan yang selalu terlintas setiap harinya. Harap dari kerabat yang tak hentinya menyemangati dan dukungan yang mulai terasa sehingga senyum itu tak pernah lupa tersungging setiap melihat pesan singkat darinya. Ya, tanpa disadari senyum itu selalu ada dan rasa nyaman itu semakin memaksa untuk terus merasakannya.

Ini bukan tentang bersama atau tidak, ini hanya sejumput kenyamanan yang entah dimana akan berujung. Tidak semua rasa nyaman itu akan menjadi hubungan yang menyenangkan, bukan? Tak perlu hilangkan rasa nyaman itu, kendalikan saja. Saat "klik" itu sudah ditemukan, maka hubungan itu akan terjalin dengan sendirinya. Kendalikan untuk yang baik. Saat nyaman berubah jadi rindu, jangan paksakan untuk sekedar nyaman atau menimbulkan perasaan lain yang menjemput banyak harap. Tapi saat nyaman itu berubah menjadi sejuta rasa yang tak dapat dijelaskan, jangan hilangkan. Kendalikan saja, mungkin perasaan itu memang yang tertanam di hati keduanya.

Ah, sudahlah. Nikmati saja prosesnya. Jangan tergesa, pelan-pelan asal jangan pula terlambat. #noted